Langsung ke konten utama

Loose Rope

I mourn for today, for it was my lost.
And for it I kept on blaming myself, without a single solution.

Hanging on a loose rope.
Where both ends used to be hold on tight for dear life, and now it seems like one has let that go.

If there was a day I needed you to make me feel better - or even just okay- then surely it's today.

Because today, well, it has been a bad week.
It was those bad days where everything feels wrong because nothing went right.
Also it was one of those bad days that forms a crack.
The kind of day you get bad news and know - or at least kept thinking- that more bad days lie in wait.

It was one of those days you're afraid is only the beginning of whatever is going to break.

But then again, as much as I hope you to, it was my fault for the bad days.
Sadly enough, what victim would embrace the suspect after the deeds are done.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buah Tangan

Kala itu kita bersandiwara Bercerita hidup tak mudah dalam seketika Bunga dan Api hanya akan membawa petaka Bagi kuntum dan bara yang dihasilkannya Dua waktu, satu lokasi Bersamaan, seiring bayang yang hilang Kacamata berembun penanda dingin Hangatnya bahasa jadi penenang Mengetahui tapi enggan menyebutkan Hal tabu yang menjadi penghalang Tenaga yang dikeluarkan sia-sia kah? Meski bahagia menjadi ganjarannya. Tertandaku yang dapatkan buah tangan, 7 Juni 2018.

#CeritaKembali Hari Kelima di Bulan Januari 2018

Hari ke lima dalam tahun ini menyambutku dengan angkuh. Sepertinya banyak problema yang ingin dimulai dengan ritme yang cepat. Tidak 1 atau 2, 3 kasus yang muncul hari ini cukup menggelengkan kepala... Mungkin hari ini bisa dibilang juga menjadi hari pertama aku berani menyatakan pendapatku dihadapannya. Pendapatku yang selama ini masih dianggap kekanak-kanakan, kini usia ku yang hampir menginjak angka belasan terakhir dalam hidupku membuat gebrakannya. Proses menuju kelebih dewasaan yang taakan ku sia-sia kan. Hari ini bukti kasus itu bermunculan. Walau hanya 1 bukti dari saksi, bukti tersirat lainnya pun mulai menampakkan dirinya dihadapanku yang “mulai dapat ikut campur” ini. Bergejolaknya amarah dan segala emosi yang ku pendam kini ku ungkap dalam paragraf kecil yang ku kirim padanya bersamaan dengan bukti dosanya pada kami di hariini. Begitu banyak yang ingin ku sampaikan padanya, tak cukup yang paragraf kecil itu wakilkan. Akan ku ungkap terlebih dahulu disini, jadi nanti k