Langsung ke konten utama

Pijakan Kerikil

Mungkin aku terlalu sayang
Bisa jadi aku jatuh terlalu dalam

Tapi itu yang ku lakukan ketika ku telah memilih
Resiko? Ku ambil kali ini karena ku tau dia baik

Aku terlalu banyak mimpi tentang kebahagiaan, kata mereka
Kalimat itu bisa menipu mu dan kamu akan menyesal, kata mereka

Lalu apa kalau ku berkemungkinan menyesalinya?
Ketika ku berjalan, aku mempertimbangkannya.
Setimpal kah dengan bahagia ku?

Sejauh ini, iya.

Batu kerikil berserakan dijalanan,
Sakit seakan menginjak Lego tanpa alas kaki,
Tidak ada tameng untuk menghadangnya,
Berdarahlah ketika memang terlalu tajam untuk ku jalani

Tapi, lagi, aku seakan tahu dikantongku selalu sedia obat
Penawar baik itu luka dalam, maupun irisan luar.
Perih, sangat.
Namun suatu yang cantik butuh pengorbanan,

Ya kan?

Tapi itu hanyalah dari sisi ku.

Yang sukar adalah memulihkan perasaanmu yang telah banyak terlukai,
Banyak diantara yang disebabkan oleh ku.
Tidak sedikit pula bertambah seakan aku menambah garam diatas luka
Pertanyaan ku hingga kini,
Apa bahagiamu setimpal dengan sakit yang kamu rasakan karena ku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Thoughts: She (still, for now) Wishes.

I depended my happiness. And, it was the Best yet Worst path I have ever took. Seems like it was just yesterday. He talked on how they might work out, How he doesn't even care how this turns out, and they agreed to not decide. Now, it looks like she has a lot on her shoulder suddenly. Like it was all on her. She would have to take responsibility, on what was theirs to make. Semester is over, But more goes into it. Them, was just not there anymore. It was not written in any books, in any poets, nor in any songs. They all said either to let go, or just don’t decide on anything. The year is almost over, But it took up more than just time for us. The clock struck one, and one went down. And on the other side, she froze. As if the clock stops ticking on her. She would not want to let go. Thousands of pros and cons had ran over her head millions of times. What she could not muster up was the talk. Also the courage to take action. She could not bear witn...

Waktu, Situasi, dan Kamu.

Mungkin aku terlalu terlelap Terlena buaian ombak malam Tinggi dan dalam Mungkin juga aku terjebak Dalam untaian kata berjuta rasa Mengukir pagi hingga pagi Dari hati sampai ke nurani Hari ini, tak seperti kemarin sore Jujur aku hanya melihat gelap Ditengah terangnya sinar surya Aku, kehilangan aku. Terlambat aku sadar? Ya, bisa jadi Kamu yang kini jauh Menjadi tak acuh hingga emosi berlabuh Sinis, dari Kamu yang dulu bertutur manis Sarkas, dari Kamu yang ketulusannya membekas Kenapa kini kita berubah? Aku pikir dan telah rasa kita untuk selamanya Tetapi goresan itu telah aku yang perbuat, kan? Antara Aku dan Kamu, Ada Waktu dan Situasi. Jatinangor. 30 April 2019. 23.04.

Buah Tangan

Kala itu kita bersandiwara Bercerita hidup tak mudah dalam seketika Bunga dan Api hanya akan membawa petaka Bagi kuntum dan bara yang dihasilkannya Dua waktu, satu lokasi Bersamaan, seiring bayang yang hilang Kacamata berembun penanda dingin Hangatnya bahasa jadi penenang Mengetahui tapi enggan menyebutkan Hal tabu yang menjadi penghalang Tenaga yang dikeluarkan sia-sia kah? Meski bahagia menjadi ganjarannya. Tertandaku yang dapatkan buah tangan, 7 Juni 2018.