Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Thoughts: She (still, for now) Wishes.

I depended my happiness. And, it was the Best yet Worst path I have ever took. Seems like it was just yesterday. He talked on how they might work out, How he doesn't even care how this turns out, and they agreed to not decide. Now, it looks like she has a lot on her shoulder suddenly. Like it was all on her. She would have to take responsibility, on what was theirs to make. Semester is over, But more goes into it. Them, was just not there anymore. It was not written in any books, in any poets, nor in any songs. They all said either to let go, or just don’t decide on anything. The year is almost over, But it took up more than just time for us. The clock struck one, and one went down. And on the other side, she froze. As if the clock stops ticking on her. She would not want to let go. Thousands of pros and cons had ran over her head millions of times. What she could not muster up was the talk. Also the courage to take action. She could not bear witn

Loose Rope

I mourn for today, for it was my lost. And for it I kept on blaming myself, without a single solution. Hanging on a loose rope. Where both ends used to be hold on tight for dear life, and now it seems like one has let that go. If there was a day I needed you to make me feel better - or even just okay- then surely it's today. Because today, well, it has been a bad week. It was those bad days where everything feels wrong because nothing went right. Also it was one of those bad days that forms a crack. The kind of day you get bad news and know - or at least kept thinking- that more bad days lie in wait. It was one of those days you're afraid is only the beginning of whatever is going to break. But then again, as much as I hope you to, it was my fault for the bad days. Sadly enough, what victim would embrace the suspect after the deeds are done.

Burning Woods

In the morning, I awoke to the sound of the skies. Looking forward, I see us. Being happy, cheery, and relaxed. But the sky suddenly darkens itself. I held back my tears missing how such a lovely weather it had been. But yes, I threw a fire into the woods. It produced smokes, spread across the land. In the dark, I lost the sight of us. The sight of the happy, cheery, and relaxed us. I wish and I wish and I wish I could put the fire to rest. Yet, it has burned to the ground, only ashes remains. O' Dear rain, Wet the land and I'll grow some more plants. To protect, to keep, and to grow. I miss the moments, I miss the happiness.

Waktu, Situasi, dan Kamu.

Mungkin aku terlalu terlelap Terlena buaian ombak malam Tinggi dan dalam Mungkin juga aku terjebak Dalam untaian kata berjuta rasa Mengukir pagi hingga pagi Dari hati sampai ke nurani Hari ini, tak seperti kemarin sore Jujur aku hanya melihat gelap Ditengah terangnya sinar surya Aku, kehilangan aku. Terlambat aku sadar? Ya, bisa jadi Kamu yang kini jauh Menjadi tak acuh hingga emosi berlabuh Sinis, dari Kamu yang dulu bertutur manis Sarkas, dari Kamu yang ketulusannya membekas Kenapa kini kita berubah? Aku pikir dan telah rasa kita untuk selamanya Tetapi goresan itu telah aku yang perbuat, kan? Antara Aku dan Kamu, Ada Waktu dan Situasi. Jatinangor. 30 April 2019. 23.04.

Pijakan Kerikil

Mungkin aku terlalu sayang Bisa jadi aku jatuh terlalu dalam Tapi itu yang ku lakukan ketika ku telah memilih Resiko? Ku ambil kali ini karena ku tau dia baik Aku terlalu banyak mimpi tentang kebahagiaan, kata mereka Kalimat itu bisa menipu mu dan kamu akan menyesal, kata mereka Lalu apa kalau ku berkemungkinan menyesalinya? Ketika ku berjalan, aku mempertimbangkannya. Setimpal kah dengan bahagia ku? Sejauh ini, iya. Batu kerikil berserakan dijalanan, Sakit seakan menginjak Lego tanpa alas kaki, Tidak ada tameng untuk menghadangnya, Berdarahlah ketika memang terlalu tajam untuk ku jalani Tapi, lagi, aku seakan tahu dikantongku selalu sedia obat Penawar baik itu luka dalam, maupun irisan luar. Perih, sangat. Namun suatu yang cantik butuh pengorbanan, Ya kan? Tapi itu hanyalah dari sisi ku. Yang sukar adalah memulihkan perasaanmu yang telah banyak terlukai, Banyak diantara yang disebabkan oleh ku. Tidak sedikit pula bertambah seakan aku menambah garam dia

Been Crying Over You

And I don’t know why I’ve been crying over you For the life of me, I wish that I knew And I don’t know, just how much more I can go through Man oh man I wish I knew, I’ve been crying over you I don’t mean to be a problem I don’t mean to cause you pain Don’t wanna mess it up but, I wish there’s another way You’re not the only one who’s hurting Or who’s finding this hard But you gotta admit that we’re drifting apart Look, we’re gonna feel broken a bit And it’s gonna be a little bit shit But they said, you’ll find the strength when you're weak It could be any minute So I didn’t fight the tears on my cheek Not for these past few days. By Honne, for most of it.

Ini bukan Aku, Kan?

Izinkan Aku bercerita tentang hari ini, Minggu ini, dan Bulan ini. Berat. Satu kata beribu makna. Tidak butuh frasa panjang untuk mendeskripsikannya. Dari hanya karena Aku, menjadi karena kita. Tidak hanya kita, namun banyak dari kita. Jujur, Aku sedikit lelah membawa nama kita. Meskipun dia pun tetap memandangku hanya sebagai aku. Aku yang tidak kompeten, Aku yang hanya dapat terdiam. Aku memang terdiam. Tapi kamu terlalu tau sepertinya tentang diam ku. atau memang karena kamu tidak tau? Egois. Itu awal mulanya. Perkara ingin melupakan gundah dari kampung halaman, Aku mengorbankan akal dan tubuh sehat ku. Mengurus ini, itu, tanpa sadar, Aku terlalu naif dalam mengambil semuanya. Untuk beberapa waktu Aku hanya bisa terbungkam. Terpaku melihat apa yang telah ku perbuat beberapa waktu belakangan. Sesal hanya ada karena Aku pula. Andai Aku mempertimbangkannya, performa ku pasti akan lebih baik dari saat ini. Dia bilang Aku pantas. Aku berharga tinggi. Apanya?

Bukan Cinta

Redup, Bukan Gelap. Tertutup gorden pelapis jendela, batas antara harapan dan realita. Ketenangan seakan menyelimuti, berusaha menutup retakan yang terus muncul karena terhujami. Sepasang Mata hanya dapat memendam emosi, meluapnya basahan tak lagi menjadi kecaman. Masa itu aku buta, acuhnya aku melihat seberapa berharganya romansa. Iya, romansa. Bukan cinta.

Cukup Sebagai Aku

Tidak satu kata pun terlontarkan Dari paras gagah penuh dengan kelembutan Aku tau ia sudah terlalu banyak dikecewakan Oleh orang yang dia sudah percayakan Aku melihatnya dari cermin samping itu. Wajahnya sayu, tertutup oleh basahnya hujan yang tak kunjung henti. Lantas ku tanyakan padanya ada apa. Hanya terbalaskan diam dan terus menancap gas bersama lantunan nada yang tertanam di telinga. Ia lelah, pikirku. Lelah menghadapi fakta bahwa aku, orang yang telah memberinya konfirmasi waktu untuk bisa bersamanya, justru dengan cepat menarik kembali waktu itu. Ya meskipun ia tau, bahwa aku membatalkan hal itu untuk sesuatu yang datang sekali seumur hidup. Dia pun mengalah, karena ia tau bahwa hal ini lebih penting dan baik untuk masa depan ku. Dalam dinginnya malam, ia terpikirkan hal yang tadi siang terjadi dengan pembatalan janji tersebut secara sepihak olehku. Dan ternyata, pikiran itu masih ditambah dengan berbagai hal lain yang mengganggunya, yang berhubungan denganku juga. Pro

#CeritaKembali Hari Kelima di Bulan Januari 2018

Hari ke lima dalam tahun ini menyambutku dengan angkuh. Sepertinya banyak problema yang ingin dimulai dengan ritme yang cepat. Tidak 1 atau 2, 3 kasus yang muncul hari ini cukup menggelengkan kepala... Mungkin hari ini bisa dibilang juga menjadi hari pertama aku berani menyatakan pendapatku dihadapannya. Pendapatku yang selama ini masih dianggap kekanak-kanakan, kini usia ku yang hampir menginjak angka belasan terakhir dalam hidupku membuat gebrakannya. Proses menuju kelebih dewasaan yang taakan ku sia-sia kan. Hari ini bukti kasus itu bermunculan. Walau hanya 1 bukti dari saksi, bukti tersirat lainnya pun mulai menampakkan dirinya dihadapanku yang “mulai dapat ikut campur” ini. Bergejolaknya amarah dan segala emosi yang ku pendam kini ku ungkap dalam paragraf kecil yang ku kirim padanya bersamaan dengan bukti dosanya pada kami di hariini. Begitu banyak yang ingin ku sampaikan padanya, tak cukup yang paragraf kecil itu wakilkan. Akan ku ungkap terlebih dahulu disini, jadi nanti k

#CeritaKembali Dibalik Luka Yang Terlihat Itu

Mereka bilang kamu sangat berkemungkinan tak akan lupa tentang luka. Iya, memang itu yang terjadi padamu. Sudah sering terucap ungkapan bahwa luka tak akan sepenuhnya sembuh. Kamu pun bosan mendengarnya. 2 tahun seperti terus bersembunyi. Kamu ingin berhenti sejenak mengambil napas panjang untuk tenagamu agar pulih. Dan saat kamu ingin hembuskan napas itu, ketika itu pula dinding yang seakan melindungi mu runtuh atas retakan yang terjadi waktu demi waktu. Seolah memang intensi mereka yang sengaja mempercepat rubuhnya segala penghalang. Ingin kamu salahkan dia yang membuatmu murung dalam persembunyian. Kesengajaan ataupun hanya kesenangan yang mereka dapatkan, diatas kamu yang kembali tergores lalu disiram alkohol. Dan lagi, kamu bertanya pada diri apakah harus lagi bersembunyi setelah momen naas tadi? Mereka yang kamu ceritakan mungkin hanya mengetahui permukaan dan mencoba mengerti. Tapi kamu lebih tahu bahwa goresan yang dibawanya jauh lebih dalam karena layaknya pengulangan

Adaptasi

Bukan ingin mengadu, bukan juga mau tidak mandiri. Aku memang dibantu, tapi bukan berarti aku tak mampu. Lihat mereka yang memang karena usaha sendiri, aku pun ikut merenungi. Meskipun ini menjadi awal yang baik, citra sebagai anak kecil masih melekat dengan diri. Mungkin memang ini pengalaman pertama, masih bernafaskan manis dengan hiruk pikuk yang perlu adaptasi.